Selasa, 31 Maret 2009

setelah ber-DORMANSI

assalamu'alaikum wr.wb
Allahuakbar Allahuakbar
seneng deh....

optimiisssss...
gak boleh pesimis
semangat nop.....

fisika, matematika, kimia, biologi, inggris
hajar Nop....
hancurkan....!!!!

Allahuakbar Allahuakbar
wassalamu'alaikum wr.wb

Rabu, 18 Maret 2009

melanjutkan langkah
setapak setaak jalan
berbatu
bergelombang
berdebu
panas, dingin
semuanya emang gitu kale
klo gak panas ya dingin........

yang penting SEMANAGAT
untuk teman-teman olimpiadeku yang belum sukses janagn sedih....
kalian itu disimpen dulu untuk kejutan yang lebih luarbiasa

SEMANGAT..........!!!!

DIA SELALU BERSAMA KALIAN
Teman2 ku sudah ada yang mulai bicara cinta

hwakakaka...
cinta ya.... mmmm apa ya...
terus terang aku belum tahu banget apa itu cinta
yang baru aku pelajari adalah rasa suka, gemar, dan juga asih sayang
waktu pertama kalai lahir sampai sekarang, aku selalu diajari akan kasih sayang, bukan cinta. mungkin aku poerlu bertanya banyak sama orang-orang yang sudah kenal cinta.bukannya udah mulai, serius aku nggak ngerti, tapi bukannya untuk berperang kita harus mempelajari dulu medannya, bukannya mau ikut-ikutan mendahului. tapi, bagaimanapun aku nggak boleh gaptek sama penngetahuan kayak gitu.
Senyum Yok....
Alkisah Argo, seorang mahasiswa asal Indonesia di Mesir yang keturunan Arab. Mukanya gak mirip orang Indonesia walaupun dia ini asli WNI dan lahir di Indonesia.
Suatu hari ia pulang kuliah dari kampusnya di bilangan Husein ke rumahnya di Hay el-Tsamin. Ketika naik bus 80 Coret, ia langsung dapat tempat duduk karena waktu itu agak lengang. Namun lama-kelamaan bus itu tambah penuh sesak, dan sesampai di Kuliah Banaat naiklah 3 mahasiswi Indonesia yang juga pulang kuliah. Akhirnya sampailah ketiga mahasiswi itu berdiri di dekat tempat duduk Argo. Sementara Argo dengan cueknya baca Al-Ahram, koran paling beken di Mesir. Usil, ketiga mahasiswi itu ngomongin Argo yang enak-enakan duduk sambil baca koran, mengira omongannya gak bakal dimengerti.Mahasiswi 1: Duh, dasar orang Arab gak punya perasaan sama cewek, udah tahu bus penuh sesak gini tapi gak ngasih kursi buat kita....Dikatain begitu Argo nggak marah, malah senyum2.Mahasiswi 2: Iya tuh, kalo cowok gentle kan ngasih tempat duduk buat cewek, apalagi penuh sesak gini, pake senyum2 lagi....Mahasiswi 3: Heh, kalian itu ngomongin orang nggak bagus lagi...lagian kita kan masih kuat kecuali kalo kita ini nenek...(memperingatkan kedua kawannya)Mahasiswi 2: Biarin aja, kapan lagi bisa ngatain orang di depannya tapi dia kagak ngerti.....Mahasiswi 1: He'eh, yang penting puas (sambil cengengesan)...Celotehan mereka baru berhenti ketika Argo berdiri karena hampir sampai di halte tujuan.Dan....Argo pun minta izin lewat dengan bahasa Indonesianya yang fasih : Permisi saya mau turun! (tetap senyum dan cool)Sementara itu ketiga mahasiswi tadi langsung melongo...kayak patung Firaun. Tapi akhirnya minggir juga mempersilahkan "cowok Arab" itu melenggang penuh kemenangan.Makanya jangan suka ngomongin orang......
*Nama di atas hanya bukan nama sebenarnya, mohon maaf jika ada pembaca yang mempunyai nama sama.
Labels:

Kamis, 12 Maret 2009

Dream Never Ending

Dunia hanyalah tempat mampir sementara
Bukan kehidupan yang sesungguhnya
Dunia adalah tempat mencari bekan
Bukan untuk memakan bekal itu

Bekal itu bukan uang, emas, atau materi lainnya
Bekal itu adalah sesuatu yang mampu menerangi hati kita
keluarga, teman, sahabat, dan satu..... Agama

Tuhan ijinkan aku memulai hidup ini dengan menyebut nama-Mu
dan ijinkanlah aku kembali memeluk-Mu dengan linangan syukur atas Rahmat-Mu

Bismillahirrohmanirrohim

Kepler dan Pencarian Saudara Semesta

Rabu, 11 Maret 2009 | 15:20 WIB


Oleh NINOK LEKSONO

KOMPAS.com - Jumat tanggal 6 Maret pukul 03.50 GMT, atau pukul 10.50 WIB, sebuah roket Delta II tinggal landas dari Stasiun Angkatan Udara Tanjung Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Di pucuk roket Delta ini terdapat sebuah instrumen yang amat penting, yakni Teleskop Kepler. Peluncuran berjalan mulus, dan sejam kemudian, Kepler terpisah seluruhnya dari tingkat tiga roket peluncur seperti direncanakan.

Misi Kepler adalah untuk menemukan planet di luar tata surya yang menyerupai Bumi. Jadi, yang akan dicari Kepler adalah planet kecil (tidak sebesar Jupiter atau Saturnus) dan berbatuan, yang mengorbit bintang induk (seperti Matahari) dengan jarak yang tepat. Artinya, jarak tersebut tidak terlalu dekat sehingga air mendidih, tetapi juga tidak terlalu jauh sehingga air membeku. Jarak yang ideal bagi kehidupan ini sering disebut sebagai ”Zona Bisa Didiami” (habitable).

Sejauh ini petunjuk soal adanya planet yang menyerupai Bumi tak banyak diperoleh karena penyelidikan yang dilakukan tidak cukup peka untuk menemukan planet seperti itu. Teleskop Kepler diharapkan mampu menjawab tantangan ini.

Menjelang peluncuran, Ilmuwan Kepala (Proyek) Kepler William Borucki di Pusat Riset Ames milik NASA di Moffett Field, California, mengatakan, ”Kalau ada banyak Bumi di luar sana, boleh jadi juga ada banyak kehidupan di sana - dan barangkali juga bahkan peradaban asing di sana yang menunggu kontak kita.” (New Scientist, 5/2)

Sebelum ini memang sudah ditemukan planet-planet yang ukurannya sedikit lebih besar dibandingkan Bumi. Yang satu ditemukan oleh teleskop-teleskop di Bumi dengan menggunakan teknik lensa gravitasi dan lainnya ditemukan oleh Satelit Corot yang dijuluki ”Pengamat Makhluk Asing Eropa”. Corot diluncurkan tahun 2006 dan misinya adalah mengamati bintang yang kecerlangannya susut karena diduga ada planet yang lewat di depannya.

Selain itu, juga sudah diketahui dua planet yang diduga berbatu dengan ukuran beberapa kali massa Bumi yang mengorbit bintang katai merah Gliese 581, dan salah satunya mungkin ada di Zona Bisa Didiami, meski di perbatasan.

Gregory Laughlin, ilmuwan di Universitas California, Santa Cruz, yang memimpin riset planet-planet transit, mengakui bahwa deteksi planet terestrial seukuran Bumi yang punya orbit bisa didiami masih belum ada.

Teknik baru

Sebelum ini, penemuan sebagian besar planet luar tata surya (exoplanet) dilakukan dengan teknik kecepatan radial, yaitu dengan mengamati spektrum cahaya bintang untuk melihat apakah ada gerak maju dan mundur periodik yang disebabkan oleh tarikan gravitasi planet-planet bintang tersebut. Metode ini belum cukup sensitif untuk mendeteksi planet sekecil Bumi.

Kepler dirancang untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan menerapkan metode planet transit. Teleskop ini akan memonitor 100.000 bintang dan mengukur adanya peredupan periodik, yang diartikan sebagai akibat adanya planet yang lewat di depannya. Hal ini akan dilakukan secara terus-menerus selama 3,5 tahun.

Lalu, berbeda dengan Corot yang mengorbit Bumi, Kepler akan mengorbit mengelilingi Matahari. Ini akan membuat pandangannya ke langit lebih tidak terhalang oleh Bumi.

Didukung oleh lensa yang lebih besar, dengan ukuran 95 cm, Kepler akan mampu melihat planet dengan ukuran setengah Bumi atau seukuran Mars.

Apa pun hasilnya

Belum bisa dipastikan berapa banyak planet seukuran Bumi yang bakal ditemukan oleh Kepler. Tapi apa pun, Kepler akan menjadi acuan baru dalam perburuan planet. Kalau memang planet seperti Bumi ternyata merupakan hal umum, maka beberapa di antaranya diperkirakan mengelilingi bintang induknya pada jarak cukup dekat. Misi berikut akan memeriksa apakah ada oksigen di sana, juga petunjuk lain yang mengisyaratkan adanya kehidupan.

Badan ruang angkasa AS (NASA) dan Eropa (ESA) sedang menggodok dua misi yang disebut Terrestrial Planet Finder dan Darwin yang diupayakan bisa meluncur sebelum tahun 2020. Misi ini dimaksudkan untuk bisa mengukur cahaya dari planet extrasolar di orbit bisa didiami. Sasaran utama adalah mengukur spektrum cahaya yang melewati atmosfer planet itu, apakah ada jejak oksigen atau bahan kimia lain yang mengindikasikan adanya kehidupan.

Visi terus hidup

Mengikuti perkembangan sains di atas, tampak bahwa negara maju terus mengembangkan program-program untuk memajukan ilmu pengetahuan, meski dewasa ini kondisi ekonomi pada umumnya buruk.

Diakui, proyek seperti Kepler menelan biaya ratusan juta dollar, tetapi ia dipersiapkan secara baik, dan diyakini tujuannya, sehingga tetap dijalankan meski mahal. Tidak berhenti sampai di Kepler, ini juga sudah dipikirkan untuk meluncurkan Proyek Darwin guna mencari kehidupan di planet extrasolar.

Tampak visi untuk unggul dan maju - juga sebagai persiapan untuk menguasai teknologi penjelajahan angkasa masa depan - tidak ditinggalkan begitu saja. Kita tentu belum bisa sepenuhnya meniru langkah negara maju. Tetapi, setidaknya semangat ilmiah yang diperlihatkan oleh bangsa-bangsa tersebut juga bisa menginspirasi kita.

Mereka tak gentar dengan risiko karena dari misi Kepler ini, bisa juga mereka tidak menemukan planet seperti Bumi yang dicari. Tetapi, itu tidak mengecilkan hati karena pasti ada hasil lain yang diperoleh.

Borucki menyimpulkan, kalau Kepler menemukan banyak Bumi di galaksi, kondisi yang mendukung kehidupan merupakan hal biasa. Tetapi, kalau tidak ada Bumi pada bintang tersebut, bisa berarti bahwa kita sendirian di alam semesta ini tanpa ada saudara semesta.


Sumber : KOMPAS

Selasa, 03 Maret 2009

Satu lagi anugrah hari yang aku jalani

Tuhan hari ini penuh sensasi darimu
hari penuh fantasi datang silih berganti
namun ku rasa yak pernah sedikitpun rahmatmu berkurang
Tuhan hari ini aku ditanya oleh seorang ikhwan "Nop, apa kamu ngaji?"
aku menjawab data. "mmm, ya di ritumah, ngaji sendiri."
Tuhan, Engkau Maha Tahu, aku yakin Engkau tahu apa yang kemudian ia katakan.
Aku nggak nyangka baget kalo dia akan menjawab seperti itu. Jadi, aku menimpalinya, "ya, ampun, kamu mikirnya jauh banget ya?!"
Tuhan, Engkaulah yang Maha Tahu

Minggu, 01 Maret 2009

Fisika Berkabung Lagi

Dengan nama-Mu Tuhan aku mohon untuk
dimudahkan melangkah. Tuhan aku berharap untuk selanjutkan kehidupan exakku bisa
selalu lebih baik. teman, adakah yang tau cara cerdas membagi
waktu?

klo ada yang tau tolong kirim ke e-mailku, goldenratna@yahoo.com
Bissmillahirrohmanirrohim