Minggu, 19 Desember 2010

LONG LIFE EDUCATION OF ISLAM

Ilmu adalah sebuah ilham, sebuah rahmat menuju suatu kesejahteraan umat sesuai yang di perintahkan Allah. Hukum ilmu adalah benar yang berarti ilmu selalu bicara mengenai kebenaran. Kata ilmu berasal dari bahasa arab ‘ilm yang berarti pengetahuan. Dari segi bahasa ilmu berarti jelas, baik dalam arti proses pencapaiannya maupun objeknya. Ilmu merupakan pengetahuan yang sudah diklarifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinpretasi yang menghasilkan kebenaran objektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Ilmu sangat penting untuk bekal kehidupan. Ilmu adalah suatu kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, ilmu disebut juga sebagai pengetahuan ilmiah. Ilmu berasal dari masalah-masalah yang timbul kemudian diselesaiakan dengan sebuah sikap, metode, dan aktifitas. Pernyataan yang muncul sebagai akhir dari bagiana ini disebut kesimpulan yang memiliki pengaruh pada perkembangan ilmu.
Setiap muslim diwajibkan untuk memiliki ilmu. Barang siapa yang belum berilmu, ia diwajibkan mencari atau menuntut ilmu. Sebagaimana sabda Rosulullah mengenai kewajiban tersebut, “Mencari ilmu adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. Bahkan, sejak pertama Allah telah menyinggung hal menuntut ilmu, dalam surat al-‘Alaq, yaitu perintah untuk membaca Al-quran. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pada hakekatnya semua ilmu datang dari Allah, salah satunya melalui al-Quran sementara al-Quran adalah sumber terlengkap dari semua sumber yang ada.
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan pada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(Q.S al-‘alaq: 1-5)
Kata bacalah pada ayat tersebut berasal dari lafal “iqro” yang juga bisa berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah tanda-tanda sesuatu, baik tertulis maupun tidak. Perintah ini ditujukan pada Rosulullah ketika pengangkatannya menjadi seorang rosul. Hal ini berarti bahwa yang diperintahkan membaca adalah semua umat manusia, sementara tentang apa yang harus dibaca tidak disebutkan secara spesifik. Al-Quran benar-benar memang turun dari Allah, terlihat dari bahasa kalbu yang belum pernah ada di dunia pada saat itu. Secara tersirat ayat ini menunjukkan betapa luasnya objek yang harus dipelajari. Dengan kata lain, Allah melalui perantara kalamNya menghendaki manusia membaca apa saja, meliputi apapun yang dapat dijangkaunya, selama bacaan tersebut untuk kebaikan dan kesejahteraan umat.
Surat al-‘Alaq tersebut juga menjelaskan pada kita paradigma hubungan antara islam dengan ilmu pengetahuan, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Iman menjadi landasan pemikiran ilmu pengetahuan, yaitu suatu landasan yang diatasnya dibangun seluruh bangunan konsep pemikiran dan ilmu pengetahuan. Paradigma ini merupakan paradigm yang diharapkan oleh sebenarnya paradigm pengetahuan. Paradigma ini dibangun berdasarkan iman keislaman yang jelas akan membawa kesejahteraan pada umat. Pada lafal “iqro”, diikuti oleh lafal “Bismi Robbik”, yang berarti yang dimaksud dalam mencari ilmu dan berilmu harus berlandaskan iman kepada Allah, yang merupakan asas keimanan dalam islam.
Berilmu sangatlah penting. Keutamaan mencari ilmu sangat besar manfaatnya bagi manusia. Bahkan, Allah berfirman dalam surat al-Mujaddilah ayat 11 bahwa orang berilmu akan diangkat beberapa derajat kedudukannya di bumi maupun di akhirat.
“…….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat……..” (Q.S al-Mujaddilah: 11)
Filosofi dari menuntut ilmu adalah manjadikan kemudahan dalam kehidupan, bahkan begitu utamanya yang diamalkan dalam kebaikan dan kebenaran, Allah menjanjikan surga bagi orang yang berilmu. “Barang siapa mencari jalan untuk menuntu ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga”
Betapa beruntungnya umat muslim sebab sebenarnya dalam kitab sucinya, ayat pertama yang diturunkan-Nya adalah perintah untuk belajar. Sebuah perintah yang sederhana tetapi mendasar. Dari ayat ini pula tersirat bahwa hal pertama yang harus dilakukan manusia untuk dapat bertahan di dunia ini adalah berilmu. Oleh karena itu, tak mengherankan bila umat islam diwajibkan untuk belajar supaya dia termasuk orang-orang yang berilmu. Rosulullah SAW pernah bersabda, “Carilah ilmu dari buaiyan sampai ke liang lahat.”
Lihatlah bayi yang masih mungil, ketika lahir dia tidak dapat melakukan apa-apa sehingga harus selalu tegantung pada kedua orang tuanya. Akan tetapi, ia tidak menyerah begitu saja. Ketika otot-ototnya mulai kuat ia selalu mencoba untuk menggerakkannya. Meskipun berulang kali harus jatuh, jatuh, dan jatuh, tapi dia tetap terus berusaha. Ia terus mencari posisi seperti apa yang seharusnya supaya dia tidak jatuh lagi. Bayi itu akan berguling ke kanan dan ke kiri. Tetapi, ia tidak lelah untuk memperolehnya. Inilah keajaiban seorang bayi.
Sebenarnya melalui al-Quran saja semua ilmu tentang perkara di dunia ini sudah tercantum, hanya saja kemampuan manusia yang kurang dapat menjabarkannya. Ilmu dalam berbagai bentuknya terulang sebnyak 854 kali dalam al-Quran. Ini menjadi salah satu keistimewaan manusia dibanding makhluk-makhlunya yang lain. Sebagai seorang khalifah manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya seizing Allah. Sebagaimana firmannya yang mencerminkan pernyataan tersebut,
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakan pada Malaikat lalu berfirman: “Sebutkan kepada-Ku nama benda-benda itu jika kau termasuk orang-orang yang benar!” mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S al-Baqarah: 31-32)
Allah juga mengajarkan manusia segala bentuk pengetahuan melalui ayat-ayat kauniyahnya atau tanda-tanda kehidupan di alam yang nyata, sehingga ia dapat membuat suatu pernyataan, teori, berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan, bahkan melakuakan eksperimen.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisisan air dan awan yyang dikendaliakan anatara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”(Q.S al-Baqoroh: 164)
Islam dan ilmu memiliki hubungan yang erat. Hal ini terbukti dengan banyaknya ayat yang menganjurkan untuk berpikir mengenai alam semesta, mengenai kejadian yang ada di alam semesta, yaitu sekitar 750 ayat. Salah satunya adalah
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik?”(Q.S Asy-Syu’ara: 7)
Ayat lain yang menunjukkan hal serupa antara lain, Q.S Yunus 101, al-Ghasyiyah: 17-20, Asy-Syu’ara: 7, Yunus: 109, al-Hajj: 46, Fathir: 44 dan sebagainya.
Konsep fisika tentang penciptaan alam semesta terdapat dalam al-Quran ayat 30 surat al-Anbiya:
“Apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahuai bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Kebenaran ayat ini baru terbukti pada tahun 1929 oleh seorang astronomi yang menyadari bahwa galaksi melakuakan gerakan yang mengakibatkan salaing menjauhi satu sama lain. Hal ini berarti ala mini senantiasa mengembang dan memisah. Kemudian bukti bahwa alam semesta ini berasala dari keadaan yang satu dalam keadaan yang sangat padat baru muncul pada tahun 1965. 1900an adalah beberapa ratus tahun setelah al-Quran diturunkan ke bumi. Subhanalla…
Tak ketinggalan pula surat al-Ghasyiyah ayat 17 sampai 20, Allah memerintahkan untuk mengamati seluruh alam semesta,
“Maka apakah mereka tidak memeprhatikan unta bahgaiman dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”
Perintah untuk mengamati bukanlah perintah biasa, tetapi ini adalah isyarat bahwa Allah memerintahkan manusia untuk menyelidiki bagaiman fenomena-fenomena tersebut dapat terjadi.

LAPORAN FIELD LAB-2010 sTATUS GIZI BALITA DAN ANEMIA IBU HAMIL DI PUSKESMAS MANAHAN, SURAKARTA, RANTING POSYANDU, GONDANG CEDEKE RUMAH SAKIT BRANTAS (JERENE)

BAB I
PENDAHULUAN

Sejak Pelita I hingga sekarang, masalah gizi masih berdomisili di Indonesia. Saat ini di Indonesia masalah gizi bercabang menjadi dua, yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Akan tetapi, Pada pelaporan ini hanya akan dilaporkan mengenai masalah gizi kurang. Masalah gizi kurang pada umumnya di sebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kuranngnya pengetahuan masyarakat mengenai gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah yang miskin gizi (iodium).Terdapat empat masalah gizi kurang atau buruk di Indonesia yang masih ada hingga sekarang, yaitu : Kurang Energy Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGM), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), Kurang Vitamin A (KVA). (Sunita Almaitser, 2001)
Kasus gizi buruk saat ini menjadi sorotan Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk perlu mendapat perhatian khusus karena dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi oleh keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama balita karena akibat gizi kurang dan gizi buruk akan mempengaruhi kualitas kehidupannya kelak. Gizi buruk pada anak dipengaruhi oleh banyak factor yang saling terkait. Secara langsung dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu; anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi. (Field Lab FK UNS, 2010)
Anemia gizi juga merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebagaian besar anemia gizi ini adalah anemia gizi besi. Penyebab utama gizi besi adalah makanan yang dimakan kurang mengandung besi, terutama dalam bentuk besi-hem. Di samping itu pada wanita karena kehilangan darah ketika haid dan persalinan. (Sunita Almatsier. 2001)
Status kesehatan dan kesehatan ibu hamil di Indonesia tergolong buruk jika dibandingkan Negara ASEAN lainnya, apalagi dibandingkan negara maju. Resiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 : 65. Angka kematian ibu menurut SDKI 100.000 hidup dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995 dan sekarang angka kematian ibu melahirkan masih 228 per 100.000 jiwa. Masalah kesehatan dan gizi ibu hamil yang umum di Negara berkembang adalah anemia gizi. Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia cenderung melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBRL). Risiko kesakitan lebih besar terutama pada trisemester III. Resiko meninggal 5 kali lebih besar dan 6 kali lebih besar bila menderita infeksi. (Hanim, 2005)
Penangguaangan masalah gizi kurang memerlukan kerjasama antar departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan masyarakat yang beraneka-ragam, dan seimbang dalam mutu gizi. Salah satu progam pemerintah yang telah sedang berjalan saat ini adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Melalui posyandu diharapkan kesehatan masyarakat Indonesia dapat terpantau sehingga akan cepat penanganannya bila terjadi masalah gizi. (Sunita Almaitser, 2009)
Penangan kasus gizi kurang dilakuakn oleh klinisi, tak terkecuali seorang dokter, karena dokter juga seorang klinisi yang harus mampu memahami maslah gizi dan penanggulangannya. Oleh karena itu, sebagai langkah awal dari pelatihan seorang klinisi, dilakuakan field lab ke Puskesmas Manahan untuk mengikuti pelatihan posyandu dan menganalisis data posyandu. Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakuakan pemantaun status gizi balita dan anemia gizi besi ibu hamil di Puskesmas. Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa :
Mampu melakuakan pemantauan gizi balita :
1. Mampu melakuakn pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), atau panjang badan (PB), dan umur (U) balita.
2. Mampu mengkategorikan hasil pengukuran BB, TB, atau PB, dan U dalam status gizi balita manurut aturan WHO.
3. Mampu mengisi dan membaca Kartu Menuju Sehat Balita (KMS-Balita).
4. Mampu melakuakan tindakan berdasarkan KMS-Balita.



Mampu melakukan pemantauan status gizi dan anemias gizi ibu hamil :
1. Mampu melakuakan pengukuran antropometri ibu hamil baik dengan indicator BB/TB2 atau Body Mass Index (BMI), atau menggunakan lingkar lengan atas (LLA)
2. Mampu mengaktegorikan derajat anemia dari hasil pengukuran kadar hemoglobin (HB) menurut WHO
3. Mampu mengisi dan membaca kartu menuju sehat ibu hamil (KMS-ibu hamil)
4. Mampu melakuakan tindakan berdasarkan status gizi dan status anemia pada ibu hamil menurut KMS-ibu hamil
5. Mampu melakuakan tindakan standar pelayanan antenatal minimal 5T yaitu : Timbang berat dan ukur tinggi badan, Ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT lengkap, ukur tingi fundus uteri, dan pemberian tablet zat besi 90 tablet selama kehamilan.
(Field Lab FK UNS, 2010)






BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Pada tahap ini diadakan persiapan seperti briefing. Sebelum pemberangkatan, kami dikumpulkan dalam aula untuk menunggu pemberangkatan. Seharusnya kelompok dipandu oleh seorang dokter puskesmas, dr Guntur Lawu Wiwobo dan Bapak Sunaryo, SKM. SST. Akan tetapi, saat menuju ke tempat posyandu kami tidak dipandu oleh dr. Guntur dan Bapak Sunaryo karena kepala puskesmas memiliki kepentingan lain yang lebih penting kecamatan. Transportasi menuju lokasi Posyandu Gondang (RW II), Manahan memakan waktu sekitar lima belas menit mengendarai mobil ambulans puskesmas bersama seorang ahli gizi puskesmas dan seorang bidan. Peralatan yang disiapkan oleh puskesmas adalah length board.
Pelaksanaan field lab diawalai dengan survey lokasi pada hari Sabtu, 4 Desember 2010. Hal-hal yang dilakuakan dalam survey lokasi adalah pengukuran jarak tempuh, mencari rute terdekat menuju puskesmas, dan mengadakan perkenalan diri dengan pihak puskesmas. Berdasarkan tahap survey ini diperoleh kesepakatan bahwa field lab akan dilaksanakan dua kali pertemuan, yaitu hari Selasa, 7 November 2010 untuk praktik lapangan dan Selasa 14 November 2010 untuk pelaporan hasil praktik lapangan.
Pada hari praktik lapangan yaitu 7 November 2010, kelompok kami sampai di puskesmas pukul 07.45 WIB. Kemudian kami dikumpulkan di aula selama satu jam. Pukul 08.00 WIB transportasi sampai 08.30 WIB dan tiba di lokasi pada waktu tersebut.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah melakukan penimbangan berat badan menggunakan dacin, pengukuran tinggi menggunakan penggaris sebagai pengganti mikrotoise atau panjang badan mengunakan length board, serta mengkatagorikan hasil pengukuran untuk menentukan status gizi balita. Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan anamnesis terhadap pengantar balita (aloanamnesis) untuk mengetahui usia balita dengan menanyakan tanggal lahir balita, dan dihitung berdasarkan waktu pengukuran dan hasilnya harus dikonversi dalam bulan. Setelah mengetahui tanggal lahir balita, praktikan melakukan penimbangan berat badan dengan tim
bangan dacin serta melakukan pengukuran tinggi badan dengan papan pengukur apabila berumur atau dengan penggaris kayu sebagai pengganti microtoise untuk balita yang sudah bisa berdiri. Untuk memperkecil kesalahan, pengukuran (BB dan TB/PB) sebaiknya diulangi sebanyak tiga kali. Akan tetapi, hal tersebut tidak dilakuakan untuk mengefesiensikan waktu. Tahap akhir dari rangkaian proses tersebut adalah melakukan penilaian status gizi balita dengan tabel rujukan.
Pengambilan data dilakuakan menggunakan camera digital karena kondisi kurang memungkinkan untuk mengkopi secara rampung. Kami tidak menemukan ibu hamil yang datang sehingga kami tidak melakuakan pengukuran antropometri secara langsung pada ibu hamil. Akan tetapi untuk melengkapi data laporan dibutuhkan data kesehatan ibu hamil. Oleh karena itu, kami meminta data ibu hamil Puskesmas Manahan untuk kemudian dijadikan data dalam laporan. Kegiatan posyandu atau praktik lapangan berakhir menjelang wktu dzuhur, sedangkan kegiatan field lab berakhir pukul 12.00 WIB.



BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil Pemantauan status gizi balita
1. Data Pemantauan Status Gizi Balita
Berikut data hasil pengukuran pada beberapa balita di Posyandu Gondang (RW II), Manahan pada tanggal 4 Desember 2010. Namun, untuk lebih mengetahui perkembangan status gizi balita, ditambahkan beberapa data pada dua bulan sebelumnya tetapi tanpa mengikuti kegiatan posyandu.
No Nama Oktober November Desember
U BB TB LK U BB TB LK U BB TB LK
1. West (L) 14 8.1 74 49 15 8 76 47 16 8.1 77 47
2. North (L) 15 8.6 74 46 16 10 76 47 17 10.4 76.5 49
Keterangan :
U : Umur ( bulan ) TB : Tinggi badan/panjang badan (cm)
BB : Berat Badan ( Kg ) LK : Lingkar Kepala (cm)
Sumber : Data Puskesmas Manahan, Surakarta. 2010

2. Data Pemantauan Ibu Hamil
Data ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Manahan pada tanggal 1 Desember 2010:
No Nama Umur Ibu Umur Kehamilan Hb LLA
(cm) BB
(kg) Tensi
(mmHg) TFU
(cm) Obat
1. AH 29 th 23 mgg 10 25 56 120/80 17 SF, C
2. TJ 19 th 19 mgg 10,2 21,5 47 100/70 Balot (+) SF, C
3. E W 31th 7 mgg 11 27 50 100/70 Belum teraba B6, Antasid
Keterangan :
Hb : Haemoglobin (gr/%) TFU : Tinggi Fertus Uteri (cm)
BB : Berat Badan (Kg) LLA : Lingkar Lengan Atas (cm)
Sumber : Data Puskesmas Manahan, Surakarta. 2010


B. Pembahasan

Status gizi adalah keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Salah satu cara mengukur status gizi, yaitu dengan pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri relatif sederhana dan banyak dilakukan. Pengukuran antropometri lebih dianjurkan karena praktis, cukup teliti, dan mudah dilakukan oleh siapa saja setelah dibekali latihan sederhana. Ada beberapa indeks antropometri yang umumnya dikenal dan yang dilakukan oleh praktikan saat pelaksanaan kegiatan, yaitu : (1) berat badan menurut umur (BB/U), (2) tinggi badan menurut umur (TB/U), (3) berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan (4) lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U).
Penentuan status gizi pada balita maupun ibu hamil diperlukan baku rujukan tertentu. Sesuai dengan yang ditujukan dalam kegiatan ini bahwa baku rujukan untuk balita yang dimaksud adalah baku rujukan dari WHO-NHCS. Sesuai data yang diperoleh, penggunakaan grafik dipilih yang memiliki rentang umur dari 6 bulan sampai 2 tahun baik untuk laki-laki maupun perempuan. Pembacaan status gizi melalui titik-titik yang dihubungkan menjadi suatu garis pada grafik rujuakan yang telah ada dalam baku rujukan WHO-NCHS. Menurut baku rujuakan ini status gizi normal bila rentang grafik pertumbuhan berada di antara -2 sampai dengan +2. Bila grafik pertumbuhan berada di bawah rentang ini, pertumbuhan dikatakan dalam status gizi kurang dan bila lebih dibawah lagi yaitu kurang dari -3 dikatakan status gizi buruk.
Tindakan pertama yang harus dilakukan bila menemui penderita gizi buruk baik dengan komplikasi maupun tidak adalah memberikan air gula 50 ml, kemudian dilakuakan tindakan lain. Apabila pada balita dengan status gizi buruk tersebut ditemukan komplikasi maka harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, apabila tidak ditemukan adanya komplikasi bisa dirawat di rumah.
Jika didapatkan garis pertumbuhan naik mengikuti salah satu pita warna atau garis pertumbuhan naik dan pindah ke pita warna diatasnya maka balita dikatakan naik berat badannya. Sedangkan berat badan balita dikatakan turun bila garis pertumbuhannya turun, mendatar, atau naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya. Kemudian, jika garis berat badannya naik setiap bulannya maka balita tumbuh dengan baik . Sedangkana bila berat badannya selalu naik, mengikuti salah satu pita warna atau pindah pita diatasnya, maka dikatakan balita sehat. Akan tetapi, bila berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T) dan berada dibawah rentang -2 sampai +2, berarti balita mengalami gangguan pertumbuhan yang memerlukan tinjak lanjut tenaga medis.

Tabel Penilaian Status Gizi
Berdasarkan Indekz BB/U, TB/U, BB/PB (Z-score)

No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk - 3 s/d <-2 SD Gizi kurang - 2 s/d +2 SD Gizi baik > +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek - 3 s/d <-2 SD Pendek - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus - 3 s/d <-2 SD Kurus - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Gemuk
Sumber : WHO-NCHS. 2005

Dari data yang diperoleh diketahui bahwa terdapat balita yang mengalami gangguan gizi, West (nama samaran). West memiliki status gizi kurang. Hal ini terbaca melalui grafik pertumbuhannya yang berada dibawah -2. Sedangkan untuk North, status gizinya baik sehingga tindak lanjut yang diperlukan hanyalah terus menjaga menu seimbang makanan dan pola asuh orang tua.
Mengenai penyebab gizi kurang pada West memerlukan pengkajian lebih dalam untuk memperoleh tindak lanjut yang tepat. Belum dapat dipastikan secara pasti mngenai penyebab utama West mengalami status gizi kurang karena terdapat banyak factor yang dapat menyebabkan masalah gizi pada balita. Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya status gizi kurang dan gizi buruk anatara lain :
1. Penyebab langsung
    a. Asupan gizi yang tidak seimbang
    b. Adanya penyakit infeksi
2. Penyebab tidak langsung
     a. Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga tidak memadai
     b. Perilaku/pola asuhan orang tua yang salah terutama ibu.


           Penentuan status gizi ibu hamil, yang digunakan adalah LILA (baku rujukan Depkes RI), LILA untuk ibu hamil minimal 23,5 cm dan untuk menentukan derajat anemia dengan menggunakan kadar Hb, >11,5 gr% : tidak anemia, 9-10 gr% : Anemia ringan, 7–8gr% : Anemia sedang , < 7 gr% : Anemia berat. (WHO. 1972)
           Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa masalah kesehatan dan gizi ibu hamil yang umum di negara berkembang adalah anemia gizi. Anemia gizi disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam darah baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Dalam darah zat besi bertugas dalam pembentukan haemoglobin. Zat gizi yang bersangkutan pada anemia besi adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi stabilitas membrane sel darah merah. (Sunita Almatsier. 2001)
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia cenderung melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBRL). Risiko kesakitan lebih besar terutama pada trisemester III. Resiko meninggal 5 kali lebih besar dan 6 kali lebih besar bila menderita infeksi.

Status gizi BERDASARKAN Kadar Hb  untuk menentukan Derajat anemia
1. AH          25 cm           Baik          10 mg/dl             Anemia Ringan
2. T J        21,5 cm           Kurang      10,2 mg/dl          Anemia Ringan
3. EW         27 cm            Baik          11 mg/dl             Tidak Anemia

Berdasarkan ketentuan WHO mengenai kadar Hb pada ibu hamil, terdapat dua ibu hamil yang mengalami anemia gizi besi yaitu, AH dan TJ. Mengenai tindak lanjut untuk penangganan status anemia ibu hamil di posyandu Gondang ini belum dapat dipastikan karena dalam hal ini kami hanya melakukan pengambilan data tanpa melihat kondisi AH, TJ, dan EK secara langsung.
Sedangkan kecukupan besi yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

Tabel Angka Kecukupan Besi pada Wanita Hamil
Umur kehamilan AKB (mg)
Trisemester I           + 0
Trisemester II          + 9
Trisemsester III       + 13
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2004

Kami tidak mendapatkan data mengenai gizi besi ketiga ibu hamil tersebut. Hal ini dimungkinkan karena sulitnya metode penentuan kandungan gizi besi pada darah, yaitu melalui uji laboratorium yang tata laksananya tidak semudah pengukuran Hb. Akan tetapi, melalui kadar Hb sudah dapat mewakili anemia yang dialami ketiga ibu tersebut.
Pengkajian status gizi (nutritional assesing) merupakan landasan yang memberikan data-data dasar (baseline) untuk penyelenggaraan terapi gizi pada pasien. Pengkajian ini mencangkup empat komponen: (1) Anamnesis riwayat gizi dan diet; (2) Pengukuran Antropometrik; (3) Pemeriksaan laboratorium; dan (4) Pemeriksaan jasmani untuk pengkajian status gizi. Keempat komponen ini bersama-sama hasil pemeriksaan medic akan dapat memberikan arahan bagi pengembangan rencana terpi gizi. (dr. Andry Hartono, SpGK. 2006)



BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

       1. Umum
      Kegiatan field lab untuk pemantaun status gizi balita dan anemia ibu hamil di Puskesmas Manahan di    Composedaerah Gondang sebagai lokasi Posyandu, berjalan dengan lancar dan tidak terjadi gangguan teknis yang berarti. Kegiatan ini berjalan sesuai dengan tujuan yang terdapat pada buku panduan field lab. Sarana dan prasarana yang disediakan oleh puskesmas untuk memfasilitasi program posyandu di daerah Gondang cukup baik.

       2. Khusus
      Masih terdapat masalah gizi kurang pada balita disekitar Puskesmas Manahan daerah Gondang RW II. Begitu pula untuk masalah anemia pada ibu hamil. Terdapat dua kasus anemia ringan pada ibu hamil. Hal ini menunjukkan pola hidup dan pola asuh orang tua terhadap balitanya masih memerlukan perbaikan. Akan tetapi tindak lanjut belum dapat dipastikan karena pengambilan data dilakuakan tanpa mngetahui kondisi individu secara langsung, terutama kondisi ibu hamil.

B. Saran
       1. Umum
                 a. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan   keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi Posyandu.

                  b. Mengadakan penanggualangan secara langsung untuk masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi, seperti vitamin A, MP-ASI dan makanan tambahan

                  c. Terus berusaha mewujudkaan keluarga sdar gizi melalui promosi gizi, advokasi, dan sosialisasi mengenai makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat.

                  d. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam rangka meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang.

                   e. Lebih mengaktifkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKDN) Gizi Buruk. 


2. Khusus
      a. Balita
          1) Bagi yang asupan gizinya tidak seimbang diberi tambahan makanan dan suplemen sperti vitamin dan susu formula

          2) Bagi yang mengalami gizi buruk karena adanya infeksi dilakuakn pemeriksaan SPA dan perawatan dirumah sakit/ puskesmas.

         3) Bagi yang kesediaan pangan rumah tangganya tidak memadai perlu mendapat bantuan pemberdayaan ekonomi keluarga

          4) Bagi yang salah pola asuhannya perlu mendapat kunjungan rumah, konseling gizi dari puskesmas, dan penyuluhan gizi.

b. IBU HAMIL
    1) Melalui empat strategi utama MPS :
         a) Meningkatkan akses dan cakupan pekayanan kesehatan yang berkualitas dan cost efectif.
         b) Membangun kemitraan.
         c) Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga.
         d) Mendorong ketertiban masyarakat dalam manjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan.
     2) Melakuakn pemantauan status gizi ibu hamil melalui tindakan standar pelayanan antenatal minimal 5T, yaitu :
          a) Menimbang berat dan mengukur tinggi badan,
          b) Mengukur tekanan darah,
          c) Memberikan imunisasi TT lengkap,
          d) Mengukur tinggi fundus uteri, dan
          e) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan



DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia

Almaritta dan Tatang S. Fallah. Analisis Situasi Gizi dan Kesedahat Masyarakat. Makalah disampaiakn pada
Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional ke-VIII, Jakarta 17-19 Mei 2004. 

Andry Hartono, dr. SpGK. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC 

Arisman, dr. MB. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. EditorPalupi Widyastuti, SKM, Nuning Zuni Astuti--- Jakarta : EGC

Tim Field Lab FK UNS. 2008. Ketrampilan Pemantauan Status Gizi Balita dan Ibu Hamil. Surakarta: Tim Field Lab FK UNS.

Departemen Kesehatan RI..Pedoman Status Gizi Melalui Posyandu. Jakarta : Depkes,1995.

Departemen Kesehatan RI..Pedoman Pemantauan Status Gizi melalui Posyandu (PSG-POSYANDU). Jakarta: Depkes, 1996

Soekirman. 1978. Dasar Perencanaan Program Gizi di Indonesia. Jakarta: Akademi Gizi, Depkes