Minggu, 19 Desember 2010

LONG LIFE EDUCATION OF ISLAM

Ilmu adalah sebuah ilham, sebuah rahmat menuju suatu kesejahteraan umat sesuai yang di perintahkan Allah. Hukum ilmu adalah benar yang berarti ilmu selalu bicara mengenai kebenaran. Kata ilmu berasal dari bahasa arab ‘ilm yang berarti pengetahuan. Dari segi bahasa ilmu berarti jelas, baik dalam arti proses pencapaiannya maupun objeknya. Ilmu merupakan pengetahuan yang sudah diklarifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinpretasi yang menghasilkan kebenaran objektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Ilmu sangat penting untuk bekal kehidupan. Ilmu adalah suatu kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, ilmu disebut juga sebagai pengetahuan ilmiah. Ilmu berasal dari masalah-masalah yang timbul kemudian diselesaiakan dengan sebuah sikap, metode, dan aktifitas. Pernyataan yang muncul sebagai akhir dari bagiana ini disebut kesimpulan yang memiliki pengaruh pada perkembangan ilmu.
Setiap muslim diwajibkan untuk memiliki ilmu. Barang siapa yang belum berilmu, ia diwajibkan mencari atau menuntut ilmu. Sebagaimana sabda Rosulullah mengenai kewajiban tersebut, “Mencari ilmu adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. Bahkan, sejak pertama Allah telah menyinggung hal menuntut ilmu, dalam surat al-‘Alaq, yaitu perintah untuk membaca Al-quran. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pada hakekatnya semua ilmu datang dari Allah, salah satunya melalui al-Quran sementara al-Quran adalah sumber terlengkap dari semua sumber yang ada.
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan pada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(Q.S al-‘alaq: 1-5)
Kata bacalah pada ayat tersebut berasal dari lafal “iqro” yang juga bisa berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah tanda-tanda sesuatu, baik tertulis maupun tidak. Perintah ini ditujukan pada Rosulullah ketika pengangkatannya menjadi seorang rosul. Hal ini berarti bahwa yang diperintahkan membaca adalah semua umat manusia, sementara tentang apa yang harus dibaca tidak disebutkan secara spesifik. Al-Quran benar-benar memang turun dari Allah, terlihat dari bahasa kalbu yang belum pernah ada di dunia pada saat itu. Secara tersirat ayat ini menunjukkan betapa luasnya objek yang harus dipelajari. Dengan kata lain, Allah melalui perantara kalamNya menghendaki manusia membaca apa saja, meliputi apapun yang dapat dijangkaunya, selama bacaan tersebut untuk kebaikan dan kesejahteraan umat.
Surat al-‘Alaq tersebut juga menjelaskan pada kita paradigma hubungan antara islam dengan ilmu pengetahuan, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Iman menjadi landasan pemikiran ilmu pengetahuan, yaitu suatu landasan yang diatasnya dibangun seluruh bangunan konsep pemikiran dan ilmu pengetahuan. Paradigma ini merupakan paradigm yang diharapkan oleh sebenarnya paradigm pengetahuan. Paradigma ini dibangun berdasarkan iman keislaman yang jelas akan membawa kesejahteraan pada umat. Pada lafal “iqro”, diikuti oleh lafal “Bismi Robbik”, yang berarti yang dimaksud dalam mencari ilmu dan berilmu harus berlandaskan iman kepada Allah, yang merupakan asas keimanan dalam islam.
Berilmu sangatlah penting. Keutamaan mencari ilmu sangat besar manfaatnya bagi manusia. Bahkan, Allah berfirman dalam surat al-Mujaddilah ayat 11 bahwa orang berilmu akan diangkat beberapa derajat kedudukannya di bumi maupun di akhirat.
“…….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat……..” (Q.S al-Mujaddilah: 11)
Filosofi dari menuntut ilmu adalah manjadikan kemudahan dalam kehidupan, bahkan begitu utamanya yang diamalkan dalam kebaikan dan kebenaran, Allah menjanjikan surga bagi orang yang berilmu. “Barang siapa mencari jalan untuk menuntu ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga”
Betapa beruntungnya umat muslim sebab sebenarnya dalam kitab sucinya, ayat pertama yang diturunkan-Nya adalah perintah untuk belajar. Sebuah perintah yang sederhana tetapi mendasar. Dari ayat ini pula tersirat bahwa hal pertama yang harus dilakukan manusia untuk dapat bertahan di dunia ini adalah berilmu. Oleh karena itu, tak mengherankan bila umat islam diwajibkan untuk belajar supaya dia termasuk orang-orang yang berilmu. Rosulullah SAW pernah bersabda, “Carilah ilmu dari buaiyan sampai ke liang lahat.”
Lihatlah bayi yang masih mungil, ketika lahir dia tidak dapat melakukan apa-apa sehingga harus selalu tegantung pada kedua orang tuanya. Akan tetapi, ia tidak menyerah begitu saja. Ketika otot-ototnya mulai kuat ia selalu mencoba untuk menggerakkannya. Meskipun berulang kali harus jatuh, jatuh, dan jatuh, tapi dia tetap terus berusaha. Ia terus mencari posisi seperti apa yang seharusnya supaya dia tidak jatuh lagi. Bayi itu akan berguling ke kanan dan ke kiri. Tetapi, ia tidak lelah untuk memperolehnya. Inilah keajaiban seorang bayi.
Sebenarnya melalui al-Quran saja semua ilmu tentang perkara di dunia ini sudah tercantum, hanya saja kemampuan manusia yang kurang dapat menjabarkannya. Ilmu dalam berbagai bentuknya terulang sebnyak 854 kali dalam al-Quran. Ini menjadi salah satu keistimewaan manusia dibanding makhluk-makhlunya yang lain. Sebagai seorang khalifah manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya seizing Allah. Sebagaimana firmannya yang mencerminkan pernyataan tersebut,
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakan pada Malaikat lalu berfirman: “Sebutkan kepada-Ku nama benda-benda itu jika kau termasuk orang-orang yang benar!” mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S al-Baqarah: 31-32)
Allah juga mengajarkan manusia segala bentuk pengetahuan melalui ayat-ayat kauniyahnya atau tanda-tanda kehidupan di alam yang nyata, sehingga ia dapat membuat suatu pernyataan, teori, berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan, bahkan melakuakan eksperimen.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisisan air dan awan yyang dikendaliakan anatara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”(Q.S al-Baqoroh: 164)
Islam dan ilmu memiliki hubungan yang erat. Hal ini terbukti dengan banyaknya ayat yang menganjurkan untuk berpikir mengenai alam semesta, mengenai kejadian yang ada di alam semesta, yaitu sekitar 750 ayat. Salah satunya adalah
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik?”(Q.S Asy-Syu’ara: 7)
Ayat lain yang menunjukkan hal serupa antara lain, Q.S Yunus 101, al-Ghasyiyah: 17-20, Asy-Syu’ara: 7, Yunus: 109, al-Hajj: 46, Fathir: 44 dan sebagainya.
Konsep fisika tentang penciptaan alam semesta terdapat dalam al-Quran ayat 30 surat al-Anbiya:
“Apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahuai bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Kebenaran ayat ini baru terbukti pada tahun 1929 oleh seorang astronomi yang menyadari bahwa galaksi melakuakan gerakan yang mengakibatkan salaing menjauhi satu sama lain. Hal ini berarti ala mini senantiasa mengembang dan memisah. Kemudian bukti bahwa alam semesta ini berasala dari keadaan yang satu dalam keadaan yang sangat padat baru muncul pada tahun 1965. 1900an adalah beberapa ratus tahun setelah al-Quran diturunkan ke bumi. Subhanalla…
Tak ketinggalan pula surat al-Ghasyiyah ayat 17 sampai 20, Allah memerintahkan untuk mengamati seluruh alam semesta,
“Maka apakah mereka tidak memeprhatikan unta bahgaiman dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”
Perintah untuk mengamati bukanlah perintah biasa, tetapi ini adalah isyarat bahwa Allah memerintahkan manusia untuk menyelidiki bagaiman fenomena-fenomena tersebut dapat terjadi.

Tidak ada komentar: